Asal Usul Nama Woja


asal usul nama woja dompu

Kambali Dompu Mantoi – Woja adalah nama sebuah kecamatan di Kabupaten Dompu. Nama Woja diambil dari nama sebuah tempat di pantai barat Teluk Cempi. Kecamatan Woja terdiri atas 3 kelurahan yakni Simpasai, Kandai Dua, dan Monta Baru. Selain itu Kecamatan Woja juga memiliki 11 desa yakni Wawonduru, Matua, Baka Jaya, Nowa, Bara, Mumbu, Riwo, Madaparama, Rababaka, Saneo, Serakapi. Jumlahnya ada 14 Kelurahan dan Desa.

Penduduk 11 Kelurahan/desa telah menghuni Dompu sejak tahun 1934 sampai tahun 1950. Penduduk asli Kandai Dua dipercaya telah tinggal di Dompu sejak pertengahan Abad ke-18. Sedangkan penduduk asli Saneo dan Rababaka telah menghuni Dompu sejak zaman Ncuhi ro Naka (yakni Abad ke-7 sampai Abad ke-13 Masehi).

Nama Woja menurut legenda masyarakat Dompu yang penulis dengar dari orang tua-tua, berasal dari umpatan kesal seorang raja yang mengucap woja ra sambamue. Dikisahkan raja itu berlayar dengan lopi jao (perahu hijau) untuk mencari negeri leluhurnya. Hingga suatu ketika perahu itu berlabuh di sebuah pantai. Mereka kemudian melepaskan seekor ayam jantan untuk menandai bahwa pantai itu pernah mereka singgahi. Kemudian raja itu kembali melanjutkan pelayarannya. Namun setiap kali mereka melanjutkan pelayaran, mereka selalu kembali ke pantai yang sama. Hal itu mereka ketahui dari bunyi kokok ayam jantan yang pernah mereka lepaskan. Akhirnya, karena kesalnya sang raja, iapun mengumpat “woja ra sambamueee…!” Sehingga daerah itu dinamakan Woja.

Di dalam buku Sekitar Kerajaan Dompu yang ditulis oleh Almarhum Israil M. Saleh (1985) terdapat kisah versi lengkapnya. Menurut Saleh, cerita ini didapat dari sesepuh Dompu asal Kandai Dua yang bernama H. M. Ali H. Kamaluddin dan sesepuh lainnya. Dalam versi ini dikatakan bahwa ada empat orang anak raja yang berlayar mencari negeri asal nenek moyangnya. Mereka bernama Sang Kula, Sang Bima, Sang Dewa, dan Sang Jin. Mereka berlayar dengan lopi monca (perahu kuning).

Suatu ketika, mereka sampai dan berlabuh di sebuah pulau. Pulau itu terdapat sebuah negeri yang baru saja wafat rajanya sehingga kekuasaan dipegang oleh ratu, yakni istri dari mendiang raja. Ratu pun mengundang Sang Kula dan rombongannya ke istana. Setibanya di istana, Sang Kula dan rombongan ditanyai oleh Sang Ratu mengenai hal ihwal dan tujuan perjalanan mereka. Sang Kula pun menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan rendah hati dan sopan.

Melihat perilaku Sang Kula yang begitu ramah dan simpatik, sang ratu pun mengutarakan hasratnya untuk dipersunting oleh Sang Kula. Gayung pun bersambut, Sang Kula pun bersedia menikahi Sang Ratu. Akhirnya mereka pun menikah. Pulau itu kemudian dinamai Pulau Pinang.

Setelah tinggal bersama Sang Ratu beberapa waktu, maka Sang Kula pun pamit kepada istrinya itu untuk melanjutkan perjalanan. Ia berpesan, jika ingin mencarinya maka carilah sebuah pulau yang di dalamnya terdapat istana bergambar naga dan pintu-pintunya menghadap timur, yakni menghadap laut dan pelabuhan di timur.

Mereka pun kembali berlayar ke arah timur hingga melewati P. Sangiang Api, membelok ke Selat Sape, memasuki teluk Waworada hingga sampai di tempat yang disebut Woja atau Riwo saat ini. Mereka kemudian melepaskan seekor ayam jantan untuk menandai bahwa pantai itu pernah mereka singgahi. Mereka tinggal beberapa waktu.

Singkat cerita, mereka pun hendak kembali ke negeri asalnya. Mereka melalui kembali rute ketika mereka datang hingga tibalah mereka perairan P. Sangiang Api. Mereka terus berlayar ke barat hingga perahu yang mereka tumpangi tidak dapat dikendalikan dan terseret masuk ke Selat Alas dan terus ke timur menyusuri pantai selatan P. Sumbawa hingga tiba kembali di Woja atau Riwo. Setibanya di sana, mereka  mendengar kokok ayam jantan yang pernah mereka lepaskan dahulu. Sehingga salah seorang dari mereka mengeluh dengan mengucapkan “woja ra sambamueee…![]

Uma Seo

Tentang kambalidompumantoi

B Aja
Pos ini dipublikasikan di Sejarah Dompu dan tag , , , , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar